Di sebelahnya ada ibu-ibu istri pensiuanan tentara, berpakaian modis dan memakai kipas dengan sikap angkuh. Didepannya ada sepasang suami istri yang duduk berdampingan,berwajah kusut dan berbaju yang tidak sedap dipandang mata, disebelah keluarga itu ada bapak bapak berwajah seram, memakai kacamata, berjaket hitam dan bertopi hitam bergambar tengkorak. Di sebelah kanan bangku tersebut duduk tim sepak bola remaja yang mau bertanding di jakarta.
Sang pemuda pun menyapa sang ibu dan mengajak berbiçara, bu mau kemana, saya mau pulang mas kerumah bapak, amas kerja apa, jawab pemuda aku bekerja di perkebunan bu, kebetulan saya harus ikut pelatihan, untuk sarat masuk kerja. Oh, gitu. Mereka pun masing-masing diam dan tak bicara lagi.
Sianak-anak pemain bola ngobrol, mungkin karna asiknya, mereka berteriak-teriah, melempar botol minum dan bertingkah konyol. Sipemuda tersenyum begitu senangnya mereka. Diantara canda anak-anak itu ternyata banyak mengeluh tentang kurangnya sopannya mereka. Sipemuda berfikir jadi susah kalau ego masing-masing diutamakan, tak ada kesenangan didunia ini. Sipemuda berfikir dan punya ide :
Kata sipemuda berfikir :
Gimana ya Cara kita menyikapi ini :
Banyak orang disekitarku, tidak berani mengungkapkan perasaannya, melimbulkan ketidak nyamanan dan membenci.
Kalau aku kata sipemuda akan menyapa mereka dan mengingatkan mereka. Nanti pikir sipemuda ragu.
Sipemuda pun diam
>>>>> Apakah aku pantas menasehati, mereka, karna kelakuannya lebih buruk lagi dari mereka.
Sipemuda terdiam dan meneteskan air mata. Mengingat kelakuannya dimasa lalu.
Ia kemudian teringat masa lalunya waktu sma, apakah aku lebih baik sekarang, dulu aku suka berkelahi, malakin orang, dan tindakan jahat lainnya. Apakah aku pantas. Si pemuda pun tertiam dan larut pada masa lalunya.
Benar sekarang aku sebatangkara. Benar aku sekarang penganguran.
Benar aku sekarang tak punya penghasilan. Tapi semoga dengan mengambil jalan ini, aku tetap dalam kebenaran.
Makasih sarannya, akan saya coba terapkan